BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an dan Wahyu adalah
merupakan dua kata yang tidak bisa dipisahkan antara satu sama yang lain, sebab
Al-Qur’an itu sendiri adalah merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi-Nya Muhammad SAW. Sedangkan wahyu adalah merupakan Kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi-Nya sesuai dengan kebutuhan.Wahyu yang adalah merupakan
Kalamullah itu diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi-Nya melalui
perantaraan Malaikat Jibril alaihissalam.
Oleh karena itulah maka kata
Al-Qur’an dan Wahyu adalah merupakan dua kata yang saling berkaitan erat antara
satu sama yang lainnya dan di antara keduanya tidak dapat dipisahkan, namun
tetap dapat dibedakan satu persatunya.
Dimana didalam makalah ini materi
yang akan kita bahas yaitu mengenai pengertian Al-Qur’an, nama-nama Al-Qur’an,
pengertian wahyu, nama-nama wahyu, dll. Untuk mengenal lebih jauh kedua hal
tersebut dapat diikuti dalam uraian berikut ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan nama-nama Al-Qur’an
1. Pengertian
Al-Qur’an
Asal
kata Al-Qur’an adalah qoro’a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun. Dan
qiro’ah yang berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain
dalam satu ucapan yang tersusun rapi.
Al-Qur’an
adalah nama khusus bagi kitab yg diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad. Saw.
Yang juga merupakan kitab penyempurna dan inti dari kitab-kitab lain yg
diturunkan Allah kepada para Nabi-Nya,
sebagaimana Allah berfirman dalam surah an-nahl ayat 89 : وَ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا
لِكُلِّ شَيْئٍ
Artinya
: “Dan Kami turunkan kepadamu al-kitab (Al-Qur’an) sebagai penjelasan bagi
segala sesuatu”. (an-nahl 16:89)
Al-Qur’an menurut istilah, banyak
sekali dikemukakan oleh para Ulama, dimana antara satu sama yang lain saling
berbeda, namun tetap ada unsur persamaannya. Berikut beberapa pendapat ulama
yang mengemukakan pengertian Al-Qur’an :
a.
Menurut
Muhammad Ali Al-Shabuni mengatakan bahwa:
al-qur’an adalah kalamullah yang
memiliki mu’jizat, ditirunkan kepada para nabi dan rosul melalui perantara
malaikat jibril AS, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita
dengan cara tawatur atau mutawatir yang di anggap ibadah dengan membacanya,
dimulai dengan surat al-fatihah dan di tutup dengan surat an-nas.
b.
Menurut
Afif Abd al-fattah Thabbarah mngatakan bahwa:
Al-qur’an adalah wahyu Allah yang
diturunkan dari sisi Allah kepada Rasul Nya Muhammad bin Abduallah, penutup
para nabi, yang dinukilkan dari padanya dengan penukilan yang mutawatir
nazham/lafal maupun maknanya, dan merupakan kitab samawi yang paling akhir
penurunannya.
2.
Nama-nama Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagaimana dimaksud di atas
memiliki nama-nama yang bukan hanya Al-Qur’an saja, tetapi memiliki nama-nama
lainnya Dalam buku studi
ilmu-ilmu Al-Qur’an karangan Manna’ Khalil Al-qattan Allah
menamakan Al-Qur’an dengan beberapa nama, di antaranya:
·
Qur’an
·
Kitab
·
Furqan
·
Zikr
·
Tanzil
(diturunkan)
·
Nur
(cahaya)
·
Huda
(petunjuk)
·
Syifa
(obat)
·
Rahmah
(rahmat)
·
Mauidzah
(nasihat)
·
ubin
(yang menerangkan)
·
Mubarak
(yang diberkati)
·
Busyra
(kabar gembira)
·
‘Aziz
(yang mulia)
·
Majid
(yang dihormati)
·
Basyir
(pembawa kabar gembira)
·
Nazir
(pembawa peringatan)
B. Garis Besar Kandungan Al-Qur’an
1. Akidah
Isi kandungan Al-qur’an yang terpenting adalah akidah.Akidah
merupakan pondasi yang diatasnya ditegakkan bangunan syari’at, dan tidak ada
syariat tanpa akidah. Jika akidah dianggap tiang maka syariat adalah cabang dan rantingnya. Dengan demikian, tidaklah ada
artinya keberadaan syariat tanpa akidah, dan karenanya syariat tidak akan mampu
memantulkan cahayanya tanpa berada dalam naungan akidah.
Contohnya :
قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ (1)
Artinya : “katakanlah : “Dia-lah Allah,
yang Maha Esa” (Q.S Al-Ikhlas : 1)
2. Ibadah
Menurut Al-Qur’an, tujuan utama dari penciptaan jin manusia di muka bumi
ini ialah agar mereka beribadah kepada Allah, seperti firman Allah berikut ini
:
وَماَ خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ الإِنْسَ
اِلاَّ لِيَعْبُدُوْن (56)
Artinya : “Dan
Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Adz-Zariyat : 56)
Jika tujuan dari penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada
Allah tentu dalam konteknya yang sangat luas maka tujuan dari pada ibadah itu
sendiri ialah untuk mendidik para pelakunya menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Allah
berfirman :
ياَ أيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (21)
Artinya :
“Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (Q.S Al-Baqoroh
: 21).
3. Wa’du
Isi kandungan Al-Qur’an lainnya yaitu janji baik dan ancaman buruk atau
lebih populer dengan sebutan Al-Wa’duh dan Al-Wa’id. Karena
diantara karakteristik manusia adalah menyenangi janji baik dan memperhatikan
ancaman buruk.
Contoh
Al-Wa’duh adalah ayat yang menjanjikan akan memasukkan orang-orang yang shaleh
ke dalam surga.
وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوْا
الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الاَنْهَارُ
خَالِدِيْنَ فِيْهَا اَبَدًا وَعْدَ اللهِ حَقًّا وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللهِ
قِيْلاً (122)
Artinya :
“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shaleh, kelak akan kami
masukkan kedalam surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal
didalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar dan
siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?”. (Q.S An-Nisa 4 : 122)
4.
Akhlaq
Akhlaq
adalah komponen terpenting di dalam kehidupan manusia, karna akhlaq memiliki
kedudukan yang sangat mulia, sebagaimana kemuliaan akhlaq Nabi kita Muhammad
saw. Yang patut kita contoh dan kita jadikan suri teladan.
Sebagaimana Allah swt.berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللهَ وَالْيَوْمَ الأَخِر
وَذَكَرَاللهَ كَثِيْرًا (الأحزاب : 21)ٍ َ
Artinya :
“ Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah (al-ahzab 21:33).
5.
Hukum
Sumber
hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an.Segala persoalan yang ada di muka bumi
ini ketentuan-ketentuan hukumnya sudah tercantum di Al-Qur’an kitab yang kita
cintai ini.Karna Al-Qur’an memang memuat sejumlah ketentuan hukum dan sekaligus
menyinggung kaidah-kaidah umum dalam pembentukannya.
فَمَنْ كاَن مِنْكُمْ مَّرِيْضًا أَوْعَلَى
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الْذِيْنَ يُطِيْقُوْنَه فِدْيَةٌ
طَعَامُ مِسْكِيْنٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ
تَصُومُوْا خَيْرًا لَّكُمْ أِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ (البقرة : 184)ُ
Contohnya :
“ Maka barang siapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak
berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu)
pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah,yaitu memberi makan
seorang miskin.Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,
maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui (al-baqarah (2:184).
6.
Kisah
Kisah
dalam Al-qur’an pastilah kisah yang
benar dan baik yang bermanfaat bagi umat manusia. Sebab Al-Qur’an menjuluki
dirinya dengan Ahsan Al-Qashash (kisah-kisah terbaik), yang dijelaskan dalam
ayat :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنُ الْقَصَصِ
بِمَآأَوْحَيْنَآ أِلَيْكَ هَذَا الَقُرْءاَنَ وَأِن كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ
الْغَفِلِيْنَ (يوسف : 3)
Artinya :
“Kami menceritakan kepadamu
(Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan
sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui”.
7.
IPTEK
Ilmu
Pengetahuan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu bagian dari isi kandungan
Al-Qur’an yang tidak kurang pentingnya bagi kehidupan manusia, karena kita
hidup di dunia dan di akhirat.Oleh sebab itu kita harus mengetahui ilmu-ilmu
dunia dan akhirat yang semuanya bersumber dari kitab suci Al-Qur’an. Ayat-ayat
Al-Qur’an yang menyinggung tentang persoalan ilmu pengetahuan dan
teknologi oleh para ahli tafsir disebut
dengan ayat Al-Kauniyah atau ayat ‘ulum.
Ayat
kauniyah yaitu ayat-ayat dalam bentuk
segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada
didalamnya.Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang
kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos).Bahkan diri kita baik
secara fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah.
Contoh :
أَلَمْ يَنْظُرُوْا فِى مَلَكُوْتِ الْسَّمَوَاتِ
وَاْلأَرْضِ وَمَاخَلَقَ اللهُ مِنْ شَيْئٍ وَأَنْ عَسَى أنْيَكُوْنَ
قَدِاقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَىِّ حَدِيْثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُوْنَ (الأعراف :
185)
Artinya :
“ Dan apakah mereka tidak
memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang diciptakan Allah,
dan kemungkinan tealah dekatnya waktu (kebinasaan) mereka ? Lalu berita mana
lagi setelah ini yang akan mereka percayai ?” (al-a’raf 7:185).
C. Pengertian
Wahyu
Wahyu
secara bahasa adalah pemberitahuan secara tersembunyi atau isyarat yang cepat.
Pengertian wahyu dalam dalam arti
bahasa meliputi :
Ilham sebagai
bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa :وَأَوْحَيْنَآالىَأُمِّمُوْسَىأَنْأَرْضِعِيْهِ (القصص :7َ
Artinya :”Dan kami ilhamkan kepada
ibu musa : “ susuilah dia …” (al-qosos:7)
1.
Ilham yang
berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah :
وَأَوْحَىرَبُّكَأِلَىالنَّحْلِأَنِاتَّخِذِيمِنَالْجِبَالِبُيُوُتًاوَمِنَالشَّجَرِوَمِمَّايِعْرِشُوْن(النحل:
68)ِ
Artinya :” Dan tuhan mu telah mewahyukan kepada
lebah: “ buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu,dan di rumah-rumah
yang didirikan manusia.”(an-nahl:16:68)
2.
Isyarat yang
cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat
Zakaria yang diceritakan Al-Qur’an :
(11: فَنَحْرَجَ
عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْزاَبِ فَأَوْحَى أِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً
وَعَشِيَّا (مريم
Artinya :”Maka keluarlah dia dari mihram, lalu
memberi isyarat kepada mereka:”hendeaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan
petang (Maryam:11)
3.
Bisikan dan
tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri
manusia.
وَأِنَّ الشَّيَاطِيْنَ أِلَى أَوْلِيَائِهِمْ
لِيُجَادِلُوْكُمْ (الأنعام : 121)
Artinya :”sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikan
kepada kawan-kawannya agar mereka membatah kamu”(al-an’am: 6:21)
4.
Apa yang
disampaikan Allah kepada para malaikat-Nya berupa suatu perintah untuk
dikerjakan.
أِذْيُوْحِىرَبُّكَأِلَىالْمَلاَئِكَةِأَنِّىمَعَكُمْفَثَبِّتُواالَّذِيْنَآمَنوْا
(الأنفال : 12)
Artinya:“ingatlah
ketika tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat:”sesungguhnya aku bersama kamu,
maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman”
Wahyu
menurut agama diambil dari akar kata waha-yahi-wahyan,
yang secara harfah berarti suara, api, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat,
tulisan, dan kitab.
D. MACAM-MACAMWAHYU
Imam Al-Juwaini
sebagaimana diungkapkan oleh Imam As-Suyuthy dalam Al-Itqannya mengatakan
bahwa, Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
itu terbagi kepada dua, yaitu :
1. Allah berfirman kepada Jibril :
“Katakanlah kepada seseorang Nabi (Muhammad SAW) yang
engkau sengaja dikirim kepadanya, bahwasanya Allah berfirman begini atau
menyuruh begitu”. Jibrilpun paham makna yang disampaikan Tuhan kepadanya,
kemudian ia turun dan mengatakan hal itu kepada Nabi tersebut apa-apa yang
dikatakan Tuhan kepadanya. Akan tetapi ungkapan yang dipergunakan Jibril bukan
merupakan ungkapan Allah sendiri, tetapi maknanya saja yang dipahaminya dari
Allah, sedangkan susunan bahasanya adalah dari Jibril sendiri.
2. Allah berfirman kepada Jibril, “Bacakanlah kitab ini
kepada seseorang Nabi”. Kemudian Jibrilpun turun menyampaikan pesan itu tanpa
mengubah sedikitpun kalimat demi kalimat yang telah difirmankan Allah
kepadanya.
Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddiqi dalam
bukunya “Pengantar Ilmu Tafsir” menyatakan bahwa bahagian yang kedua adalah
merupakan wahyu Allah yang berupa Al-Qur’an. Sedangkan bagian yang pertama
adalah As-Sunnah, sebab pada waktu menurunkan wahyu yang berupa As-Sunnah juga
sama caranya dengan menurunkan Al-Qur’an, hanya As-Sunnah maknanya saja yang
diterima dari Allah, sedangkan redaksinya Jibril sendiri yang menyusun. Namun
demikian dalam masalah ini secara umum para Ulama terbagi kepada tiga pendapat,
yaitu :
1. Bahwa yang diturunkan dari Lauh Mahfuzh itu adalah Lafzh dan
maknanya, sedangkan Jibril hanyalah menghafal Al-Qur’an itu dari Lauh Mahfuzh
dan lalu menurunkannya kepada Nabi.
2. Bahwa yang diturunkan itu adalah maknanya saja, sedangkan Rasul
memahami makna-makna itu, lalu beliau menta’birkan makna itu ke bahasa arab.
3. Bahwa yang diturunkan itu adalah maknanya saja, sedangkan Jibril
menta’birkannya dengan bahasa arab. Lafadz Jibril inilah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
materi mengenai pengertian Al-Qur’an dan wahyu, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Al-Qur’an adalah kitab Allah dimana di
dalamnya mengumpulkan dan menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang
lain dalam satu ucapan yang tersusun rapih dan beberapa nama –nama lain selain
Al-Qur’an dan kandungan isi Al-Qur’an yang sudah di paparkan pada Bab II,
sedangkan Wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi atau isyarat yang cepat yang di sampaikan oleh jibril
kepada para Nabi-Nabi Allah Swt. secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku studi ilmu-ilmu al-qur’an karangan Manna’
Al-Qattan
Www.Riau.Kemenag
90.id/index.php?a=artikel&id.10110