Sabtu, 02 Mei 2015

ulumul quran




      BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an dan Wahyu adalah merupakan dua kata yang tidak bisa dipisahkan antara satu sama yang lain, sebab Al-Qur’an itu sendiri adalah merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi-Nya Muhammad SAW. Sedangkan wahyu adalah merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya sesuai dengan kebutuhan.Wahyu yang adalah merupakan Kalamullah itu diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi-Nya melalui perantaraan Malaikat Jibril alaihissalam.
Oleh karena itulah maka kata Al-Qur’an dan Wahyu adalah merupakan dua kata yang saling berkaitan erat antara satu sama yang lainnya dan di antara keduanya tidak dapat dipisahkan, namun tetap dapat dibedakan satu persatunya.
Dimana didalam makalah ini materi yang akan kita bahas yaitu mengenai pengertian Al-Qur’an, nama-nama Al-Qur’an, pengertian wahyu, nama-nama wahyu, dll. Untuk mengenal lebih jauh kedua hal tersebut dapat diikuti dalam uraian berikut ini.
                                   






                                    BAB II
                                    PEMBAHASAN
A.  Pengertian dan nama-nama Al-Qur’an
1.    Pengertian Al-Qur’an
            Asal kata Al-Qur’an adalah qoro’a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun. Dan qiro’ah yang berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi.
            Al-Qur’an adalah nama khusus bagi kitab yg diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad. Saw. Yang juga merupakan kitab penyempurna dan inti dari kitab-kitab lain yg diturunkan Allah kepada  para Nabi-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam surah an-nahl ayat 89 : وَ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْئٍ
Artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu al-kitab (Al-Qur’an) sebagai penjelasan bagi segala sesuatu”. (an-nahl 16:89)
Al-Qur’an menurut istilah, banyak sekali dikemukakan oleh para Ulama, dimana antara satu sama yang lain saling berbeda, namun tetap ada unsur persamaannya. Berikut beberapa pendapat ulama yang mengemukakan pengertian Al-Qur’an :
a.         Menurut Muhammad Ali Al-Shabuni mengatakan bahwa:
          al-qur’an adalah kalamullah yang memiliki mu’jizat, ditirunkan kepada para nabi dan rosul melalui perantara malaikat jibril AS, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara tawatur atau mutawatir yang di anggap ibadah dengan membacanya, dimulai dengan surat al-fatihah dan di tutup dengan surat an-nas.


b.        Menurut Afif Abd al-fattah Thabbarah mngatakan bahwa:
          Al-qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan dari sisi Allah kepada Rasul Nya Muhammad bin Abduallah, penutup para nabi, yang dinukilkan dari padanya dengan penukilan yang mutawatir nazham/lafal maupun maknanya, dan merupakan kitab samawi yang paling akhir penurunannya.

2.        Nama-nama Al-Qur’an
          Al-Qur’an sebagaimana dimaksud di atas memiliki nama-nama yang bukan hanya Al-Qur’an saja, tetapi memiliki nama-nama lainnya            Dalam buku studi ilmu-ilmu Al-Qur’an karangan Manna’ Khalil Al-qattan Allah menamakan Al-Qur’an dengan beberapa nama, di antaranya:
·      Qur’an
·      Kitab
·      Furqan
·      Zikr
·      Tanzil (diturunkan)
·      Nur (cahaya)
·      Huda (petunjuk)
·      Syifa (obat)
·      Rahmah (rahmat)
·      Mauidzah (nasihat)
·      ubin (yang menerangkan)
·      Mubarak (yang diberkati)
·      Busyra (kabar gembira)
·      ‘Aziz (yang mulia)
·      Majid (yang dihormati)
·      Basyir (pembawa kabar gembira)
·      Nazir (pembawa peringatan)

B. Garis Besar Kandungan Al-Qur’an
1.   Akidah
   Isi kandungan Al-qur’an yang terpenting adalah akidah.Akidah merupakan pondasi yang diatasnya ditegakkan bangunan syari’at, dan tidak ada syariat tanpa akidah. Jika akidah dianggap tiang maka syariat adalah cabang dan rantingnya. Dengan demikian, tidaklah ada artinya keberadaan syariat tanpa akidah, dan karenanya syariat tidak akan mampu memantulkan cahayanya tanpa berada dalam naungan akidah.
Contohnya :
قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ (1)
     Artinya : “katakanlah : “Dia-lah Allah, yang Maha Esa”  (Q.S Al-Ikhlas : 1)
2.    Ibadah
       Menurut Al-Qur’an, tujuan utama dari penciptaan jin manusia di muka bumi ini ialah agar mereka beribadah kepada Allah, seperti firman Allah berikut ini :

وَماَ خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ  الإِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْن (56)

Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Adz-Zariyat : 56)
       Jika tujuan dari penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah tentu dalam konteknya yang sangat luas maka tujuan dari pada ibadah itu sendiri ialah untuk mendidik para pelakunya menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Allah berfirman :
ياَ أيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (21)
Artinya :
 “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (Q.S Al-Baqoroh : 21).

3.    Wa’du
       Isi kandungan Al-Qur’an lainnya yaitu janji baik dan ancaman buruk atau lebih populer dengan sebutan Al-Wa’duh dan Al-Wa’id. Karena diantara karakteristik manusia adalah menyenangi janji baik dan memperhatikan ancaman buruk.
Contoh Al-Wa’duh adalah ayat yang menjanjikan akan memasukkan orang-orang yang shaleh ke dalam surga.

وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الاَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا اَبَدًا وَعْدَ اللهِ حَقًّا وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللهِ قِيْلاً (122)

Artinya : “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shaleh, kelak akan kami masukkan kedalam surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?”. (Q.S An-Nisa 4 : 122)
4.    Akhlaq
       Akhlaq adalah komponen terpenting di dalam kehidupan manusia, karna akhlaq memiliki kedudukan yang sangat mulia, sebagaimana kemuliaan akhlaq Nabi kita Muhammad saw. Yang patut kita contoh dan kita jadikan suri teladan.
Sebagaimana Allah swt.berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللهَ وَالْيَوْمَ الأَخِر وَذَكَرَاللهَ كَثِيْرًا (الأحزاب : 21)ٍ َ
Artinya :
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (al-ahzab 21:33).


5.    Hukum
       Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an.Segala persoalan yang ada di muka bumi ini ketentuan-ketentuan hukumnya sudah tercantum di Al-Qur’an kitab yang kita cintai ini.Karna Al-Qur’an memang memuat sejumlah ketentuan hukum dan sekaligus menyinggung kaidah-kaidah umum dalam pembentukannya.
فَمَنْ كاَن مِنْكُمْ مَّرِيْضًا أَوْعَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الْذِيْنَ يُطِيْقُوْنَه فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوْا خَيْرًا لَّكُمْ أِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ (البقرة : 184)ُ
Contohnya :
“ Maka barang siapa diantara  kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah,yaitu memberi makan seorang miskin.Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (al-baqarah (2:184).
6.    Kisah
       Kisah dalam Al-qur’an  pastilah kisah yang benar dan baik yang bermanfaat bagi umat manusia. Sebab Al-Qur’an menjuluki dirinya dengan Ahsan Al-Qashash (kisah-kisah terbaik), yang dijelaskan dalam ayat :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنُ الْقَصَصِ بِمَآأَوْحَيْنَآ أِلَيْكَ هَذَا الَقُرْءاَنَ وَأِن كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَفِلِيْنَ (يوسف : 3)
Artinya :
“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui”.


7.    IPTEK
       Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu bagian dari isi kandungan Al-Qur’an yang tidak kurang pentingnya bagi kehidupan manusia, karena kita hidup di dunia dan di akhirat.Oleh sebab itu kita harus mengetahui ilmu-ilmu dunia dan akhirat yang semuanya bersumber dari kitab suci Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang persoalan ilmu pengetahuan dan teknologi  oleh para ahli tafsir disebut dengan ayat Al-Kauniyah atau ayat ‘ulum.
       Ayat kauniyah yaitu ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya.Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos).Bahkan diri kita baik secara fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah.
Contoh :
أَلَمْ يَنْظُرُوْا فِى مَلَكُوْتِ الْسَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَاخَلَقَ اللهُ مِنْ شَيْئٍ وَأَنْ عَسَى أنْيَكُوْنَ قَدِاقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَىِّ حَدِيْثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُوْنَ (الأعراف : 185)
Artinya :
“ Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang diciptakan Allah, dan kemungkinan tealah dekatnya waktu (kebinasaan) mereka ? Lalu berita mana lagi setelah ini yang akan mereka percayai ?” (al-a’raf 7:185).

C.  Pengertian Wahyu
       Wahyu secara bahasa adalah pemberitahuan secara tersembunyi atau isyarat yang cepat.
Pengertian wahyu dalam dalam arti bahasa meliputi :
Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa :وَأَوْحَيْنَآالىَأُمِّمُوْسَىأَنْأَرْضِعِيْهِ  (القصص :7َ
Artinya :”Dan kami ilhamkan kepada ibu musa : “ susuilah dia …” (al-qosos:7)


1.    Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah :
وَأَوْحَىرَبُّكَأِلَىالنَّحْلِأَنِاتَّخِذِيمِنَالْجِبَالِبُيُوُتًاوَمِنَالشَّجَرِوَمِمَّايِعْرِشُوْن(النحل: 68)ِ
Artinya :” Dan tuhan mu telah mewahyukan kepada lebah: “ buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu,dan di rumah-rumah yang didirikan manusia.”(an-nahl:16:68)
2.    Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat  Zakaria yang diceritakan Al-Qur’an :
(11: فَنَحْرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْزاَبِ فَأَوْحَى أِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَعَشِيَّا (مريم
Artinya :”Maka keluarlah dia dari mihram, lalu memberi isyarat kepada mereka:”hendeaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang (Maryam:11)
3.    Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia.   
وَأِنَّ الشَّيَاطِيْنَ أِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوْكُمْ (الأنعام : 121)
Artinya  :”sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikan kepada kawan-kawannya agar mereka membatah kamu”(al-an’am: 6:21)                                                                                                                                                                                                             
4.    Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikat-Nya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.
أِذْيُوْحِىرَبُّكَأِلَىالْمَلاَئِكَةِأَنِّىمَعَكُمْفَثَبِّتُواالَّذِيْنَآمَنوْا (الأنفال : 12)
Artinya:“ingatlah ketika tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat:”sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman”
       Wahyu menurut agama diambil dari akar kata waha-yahi-wahyan, yang secara harfah berarti suara, api, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan, dan kitab.
D.  MACAM-MACAMWAHYU
       Imam Al-Juwaini sebagaimana diungkapkan oleh Imam As-Suyuthy dalam Al-Itqannya mengatakan bahwa, Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW itu terbagi kepada dua, yaitu :
1. Allah berfirman kepada Jibril : “Katakanlah kepada seseorang Nabi (Muhammad SAW) yang engkau sengaja dikirim kepadanya, bahwasanya Allah berfirman begini atau menyuruh begitu”. Jibrilpun paham makna yang disampaikan Tuhan kepadanya, kemudian ia turun dan mengatakan hal itu kepada Nabi tersebut apa-apa yang dikatakan Tuhan kepadanya. Akan tetapi ungkapan yang dipergunakan Jibril bukan merupakan ungkapan Allah sendiri, tetapi maknanya saja yang dipahaminya dari Allah, sedangkan susunan bahasanya adalah dari Jibril sendiri.
2. Allah berfirman kepada Jibril, “Bacakanlah kitab ini kepada seseorang Nabi”. Kemudian Jibrilpun turun menyampaikan pesan itu tanpa mengubah sedikitpun kalimat demi kalimat yang telah difirmankan Allah kepadanya.
            Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddiqi dalam bukunya “Pengantar Ilmu Tafsir” menyatakan bahwa bahagian yang kedua adalah merupakan wahyu Allah yang berupa Al-Qur’an. Sedangkan bagian yang pertama adalah As-Sunnah, sebab pada waktu menurunkan wahyu yang berupa As-Sunnah juga sama caranya dengan menurunkan Al-Qur’an, hanya As-Sunnah maknanya saja yang diterima dari Allah, sedangkan redaksinya Jibril sendiri yang menyusun. Namun demikian dalam masalah ini secara umum para Ulama terbagi kepada tiga pendapat, yaitu :
1. Bahwa yang diturunkan dari Lauh Mahfuzh itu adalah Lafzh dan maknanya, sedangkan Jibril hanyalah menghafal Al-Qur’an itu dari Lauh Mahfuzh dan lalu menurunkannya kepada Nabi.
2. Bahwa yang diturunkan itu adalah maknanya saja, sedangkan Rasul memahami makna-makna itu, lalu beliau menta’birkan makna itu ke bahasa arab.
3. Bahwa yang diturunkan itu adalah maknanya saja, sedangkan Jibril menta’birkannya dengan bahasa arab. Lafadz Jibril inilah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.





BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
       Dari materi mengenai pengertian Al-Qur’an dan wahyu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Al-Qur’an adalah  kitab Allah dimana di dalamnya mengumpulkan dan menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapih dan beberapa nama –nama lain selain Al-Qur’an dan kandungan isi Al-Qur’an yang sudah di paparkan pada Bab II, sedangkan Wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi atau isyarat  yang cepat yang di sampaikan oleh jibril kepada para Nabi-Nabi Allah Swt. secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan.











                                         DAFTAR PUSTAKA
Buku studi ilmu-ilmu al-qur’an karangan Manna’ Al-Qattan
       Www.Riau.Kemenag 90.id/index.php?a=artikel&id.10110

makalah tajwid hukum gunnah



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai landasan hidup manusia mamiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang lain. Al-Qur’an adalah kitab yang harus dibaca, bahkan sangat dianjurkan untuk dijadikan sebagai bacaan harian. Allah Swt menilainya sebagai ibadah bagi siapapun yang membacanya. Pahala yang diberikan tidak dihitung per ayat atau perkata, melainkan per huruf, sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw:
لاَ أَقُوْلُ الـم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَ مِيْمٌ حَرْفٌ (رواه الترذى
"Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif adalah satu huruf, lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”
B.       Rumusan Masalah
1.        Pengertian tasydid?
2.        Apa yang di maksud ghunnah dan cara baca ghunnah?
3.        Berapakah pembagian huruf gnunnah?

C.      Tujuan penulisan
1.        Agar mahasiswa dapat mengetahui hukum bacaan nun taydid dan mim tasydid.
2.        Agar mahasiswa dapat menerapkan hukum ilmu tajwid di dalam membaca al-Qur’an.










BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Tasydid
Tasydid adalah harakat yang berbentuk huruf “W” atau seperti kepala huruf sin yang di letakan diatas huruf arab. Harakat tasydid melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang di tulis dengan symbol ganda.[1]

B.       Pengertian Ghunnah
Ghunnah ialah apabila terdapat huruf Nun di-Tasydid ( نّ )  atau Mim di-Tasydid     ( مّ ) adalah disebut ghunnah    ( الْغُنَّةُ )oleh karenanya ia harus dibaca dengan ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo 2 harakat – serta ada sentuhan janur hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).[2]
Setiap mim dan nun yang bertasydid wajib di ghunnahkan sepanjang dua harakat. Adapun mengenai ukuran lama ghunnahnya sebagai ulama qira’at menetapkannya dengan cara menutup jari atau membukanya dengan gerakan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Imam Al-Jamzuri mengatakan:

وَغُنَّ مِيْمًا ثُمَّ نُوْنًا شُدِّدَا * وَ سَمِّ كُلًّا حَرْفَ غُنَّةٍ بَدا
“Dan ghunnahkanlah setiap mim dan nun yang bertasydid. Dan sebutlah masing-masing sebagai huruf ghunnah”.[3]
C.      Pembagian Huruf Ghunnah
a.         Mim Tasydid ( مّ )
Mim tasydid berasal dari 2 huruf mim, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang pertama dimasukan / berpadu ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid.
Contoh: عَمَّ يَتَسآ ءَلُوْنَ


b.        Nun Tasydid ( نّ )
Nun Tasydid berasal dari 2 huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun yang pertama dimasukan / perpadu kedalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid.[4]
Contoh: بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا    




Mim Tasydid ( مّ )
Nun Tasydid ( نّ )
Keterangan
Contoh
مِمَّا نَزَّلْنَا وَلَمَّا
فَتَيَمُّوْا
مُتَعَمِّدًا
أُمَّهَاتُكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ
وَ مِنَ النَّاسِ إِنَّهُ
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
جَهَنَّمَ
وَلَتـجِدَنَّكُمْ
فَأَتَمَهُنَّ
Tempo ghunnah / dengung 2 harakat, diberlakukan baik nun Tasydid ( نّ ) atau Mim Tasydid ( مّ ) di tengah kata seperti الجَنَّةُ, atau di akhir kata seperti بِالْمَنِّ – فِى الْيَمِّ  ketika di-Waqafkan.[5]








KESIMPULAN

1.        Huruf Nun di-Tasydid ( نّ )  atau Mim di-Tasydid     ( مّ ) adalah disebut ghunnah    ( الْغُنَّةُ )
2.        Cara baca ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo 2 harakat – serta ada sentuhan janur hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).

























DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fathoni,  Metode Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014)
Abdur Rauf Abdul Aziz,  Pedoman Daurah Al-Qur’an (Jakarta: markaz al-Qur’an, 2014)


[1] http://www.slideshare.net/HibbiRohmah/bacaan-tasydid-dan-gunnah.
[2] Fathoni Ahmad,  Metode Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), hal 48
[3] Abdul Aziz Abdur Rauf,  Pedoman Daurah Al-Qur’an (Jakarta:markaz al-Qur’an, 2014), hal 95
[4] http://www.slideshare.net/HibbiRohmah/bacaan-tasydid-dan-gunnah
[5] Ahmad Fathoni,  Metode Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), hal 48