BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai landasan hidup
manusia mamiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang lain.
Al-Qur’an adalah kitab yang harus dibaca, bahkan sangat dianjurkan untuk
dijadikan sebagai bacaan harian. Allah Swt menilainya sebagai ibadah bagi
siapapun yang membacanya. Pahala yang diberikan tidak dihitung per ayat atau
perkata, melainkan per huruf, sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw:
لاَ أَقُوْلُ الـم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَ
مِيْمٌ حَرْفٌ (رواه الترذى
"Aku tidak
mengatakan bahwa Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif adalah satu huruf, lam
satu huruf, dan Mim satu huruf.”
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
tasydid?
2.
Apa
yang di maksud ghunnah dan cara baca ghunnah?
3.
Berapakah
pembagian huruf gnunnah?
C.
Tujuan penulisan
1.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui hukum bacaan nun taydid dan mim tasydid.
2.
Agar
mahasiswa dapat menerapkan hukum ilmu tajwid di dalam membaca al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasydid
Tasydid
adalah harakat yang berbentuk huruf “W” atau seperti kepala huruf sin yang di
letakan diatas huruf arab. Harakat tasydid melambangkan penekanan pada suatu
konsonan yang di tulis dengan symbol ganda.[1]
B. Pengertian Ghunnah
Ghunnah
ialah apabila terdapat huruf Nun di-Tasydid ( نّ ) atau Mim
di-Tasydid ( مّ ) adalah disebut ghunnah ( الْغُنَّةُ )oleh karenanya ia harus
dibaca dengan ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo 2 harakat –
serta ada sentuhan janur hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).[2]
Setiap
mim dan nun yang bertasydid wajib di ghunnahkan sepanjang dua harakat. Adapun
mengenai ukuran lama ghunnahnya sebagai ulama qira’at menetapkannya dengan cara
menutup jari atau membukanya dengan gerakan yang tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu lambat. Imam Al-Jamzuri mengatakan:
وَغُنَّ
مِيْمًا ثُمَّ نُوْنًا شُدِّدَا * وَ سَمِّ كُلًّا حَرْفَ غُنَّةٍ بَدا
“Dan ghunnahkanlah setiap mim
dan nun yang bertasydid. Dan sebutlah masing-masing sebagai huruf ghunnah”.[3]
C. Pembagian Huruf Ghunnah
a.
Mim Tasydid ( مّ )
Mim tasydid berasal dari 2 huruf mim, yang pertama
sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang pertama dimasukan / berpadu ke dalam
mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid.
Contoh:
عَمَّ يَتَسآ ءَلُوْنَ
b.
Nun Tasydid (
نّ )
Nun
Tasydid berasal dari 2 huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.
Nun yang pertama dimasukan / perpadu kedalam nun yang kedua, maka terjadilah
satu huruf yang bertasydid.[4]
Contoh: بِأَنَّ
رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا
|
|
Mim
Tasydid (
مّ )
|
Nun Tasydid ( نّ )
|
Keterangan
|
|
Contoh
|
مِمَّا
نَزَّلْنَا وَلَمَّا
فَتَيَمُّوْا
مُتَعَمِّدًا
أُمَّهَاتُكُمْ
وَلِيُتِمَّ
نِعْمَتَهُ
|
وَ
مِنَ النَّاسِ إِنَّهُ
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
جَهَنَّمَ
وَلَتـجِدَنَّكُمْ
فَأَتَمَهُنَّ
|
Tempo ghunnah /
dengung 2 harakat, diberlakukan baik nun Tasydid ( نّ ) atau
Mim Tasydid (
مّ ) di tengah kata
seperti الجَنَّةُ, atau di akhir kata seperti بِالْمَنِّ
– فِى الْيَمِّ ketika di-Waqafkan.[5]
|
KESIMPULAN
1.
Huruf Nun
di-Tasydid ( نّ ) atau Mim di-Tasydid ( مّ ) adalah disebut ghunnah (
الْغُنَّةُ )
2.
Cara baca
ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo 2 harakat – serta ada
sentuhan janur hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fathoni, Metode
Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014)
Abdur
Rauf Abdul Aziz, Pedoman Daurah
Al-Qur’an (Jakarta: markaz al-Qur’an, 2014)
[1]
http://www.slideshare.net/HibbiRohmah/bacaan-tasydid-dan-gunnah.
[2]
Fathoni Ahmad, Metode Maisura (Jakarta:
Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), hal 48
[3]
Abdul Aziz Abdur Rauf, Pedoman Daurah
Al-Qur’an (Jakarta:markaz al-Qur’an, 2014), hal 95
[4]
http://www.slideshare.net/HibbiRohmah/bacaan-tasydid-dan-gunnah
[5]
Ahmad Fathoni, Metode Maisura (Jakarta:
Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), hal 48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar