Sabtu, 02 Mei 2015

makalah tajwid hukum gunnah



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai landasan hidup manusia mamiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang lain. Al-Qur’an adalah kitab yang harus dibaca, bahkan sangat dianjurkan untuk dijadikan sebagai bacaan harian. Allah Swt menilainya sebagai ibadah bagi siapapun yang membacanya. Pahala yang diberikan tidak dihitung per ayat atau perkata, melainkan per huruf, sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw:
لاَ أَقُوْلُ الـم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَ مِيْمٌ حَرْفٌ (رواه الترذى
"Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif adalah satu huruf, lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”
B.       Rumusan Masalah
1.        Pengertian tasydid?
2.        Apa yang di maksud ghunnah dan cara baca ghunnah?
3.        Berapakah pembagian huruf gnunnah?

C.      Tujuan penulisan
1.        Agar mahasiswa dapat mengetahui hukum bacaan nun taydid dan mim tasydid.
2.        Agar mahasiswa dapat menerapkan hukum ilmu tajwid di dalam membaca al-Qur’an.










BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Tasydid
Tasydid adalah harakat yang berbentuk huruf “W” atau seperti kepala huruf sin yang di letakan diatas huruf arab. Harakat tasydid melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang di tulis dengan symbol ganda.[1]

B.       Pengertian Ghunnah
Ghunnah ialah apabila terdapat huruf Nun di-Tasydid ( نّ )  atau Mim di-Tasydid     ( مّ ) adalah disebut ghunnah    ( الْغُنَّةُ )oleh karenanya ia harus dibaca dengan ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo 2 harakat – serta ada sentuhan janur hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).[2]
Setiap mim dan nun yang bertasydid wajib di ghunnahkan sepanjang dua harakat. Adapun mengenai ukuran lama ghunnahnya sebagai ulama qira’at menetapkannya dengan cara menutup jari atau membukanya dengan gerakan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Imam Al-Jamzuri mengatakan:

وَغُنَّ مِيْمًا ثُمَّ نُوْنًا شُدِّدَا * وَ سَمِّ كُلًّا حَرْفَ غُنَّةٍ بَدا
“Dan ghunnahkanlah setiap mim dan nun yang bertasydid. Dan sebutlah masing-masing sebagai huruf ghunnah”.[3]
C.      Pembagian Huruf Ghunnah
a.         Mim Tasydid ( مّ )
Mim tasydid berasal dari 2 huruf mim, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang pertama dimasukan / berpadu ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid.
Contoh: عَمَّ يَتَسآ ءَلُوْنَ


b.        Nun Tasydid ( نّ )
Nun Tasydid berasal dari 2 huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun yang pertama dimasukan / perpadu kedalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid.[4]
Contoh: بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا    




Mim Tasydid ( مّ )
Nun Tasydid ( نّ )
Keterangan
Contoh
مِمَّا نَزَّلْنَا وَلَمَّا
فَتَيَمُّوْا
مُتَعَمِّدًا
أُمَّهَاتُكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ
وَ مِنَ النَّاسِ إِنَّهُ
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
جَهَنَّمَ
وَلَتـجِدَنَّكُمْ
فَأَتَمَهُنَّ
Tempo ghunnah / dengung 2 harakat, diberlakukan baik nun Tasydid ( نّ ) atau Mim Tasydid ( مّ ) di tengah kata seperti الجَنَّةُ, atau di akhir kata seperti بِالْمَنِّ – فِى الْيَمِّ  ketika di-Waqafkan.[5]








KESIMPULAN

1.        Huruf Nun di-Tasydid ( نّ )  atau Mim di-Tasydid     ( مّ ) adalah disebut ghunnah    ( الْغُنَّةُ )
2.        Cara baca ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo 2 harakat – serta ada sentuhan janur hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).

























DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fathoni,  Metode Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014)
Abdur Rauf Abdul Aziz,  Pedoman Daurah Al-Qur’an (Jakarta: markaz al-Qur’an, 2014)


[1] http://www.slideshare.net/HibbiRohmah/bacaan-tasydid-dan-gunnah.
[2] Fathoni Ahmad,  Metode Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), hal 48
[3] Abdul Aziz Abdur Rauf,  Pedoman Daurah Al-Qur’an (Jakarta:markaz al-Qur’an, 2014), hal 95
[4] http://www.slideshare.net/HibbiRohmah/bacaan-tasydid-dan-gunnah
[5] Ahmad Fathoni,  Metode Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), hal 48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar